Zoom Tokoh - Riwayat Hidup Imam Hambali

  Imam Abu ‘Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal dilahirkan di Baghdad, Iraq, pada bulan Rabi`u l-Awwal tahun 164H / 781M. Nasab Imam Ah...

 Imam Abu ‘Abdullah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal dilahirkan di Baghdad, Iraq, pada bulan Rabi`u l-Awwal tahun 164H / 781M. Nasab Imam Ahmad kembali kepada Bani Syayban ( بني شيبان ) dan ia ialah suatu qabilah daripada Bani Rabi`ah `Adnaniyyah ( بني ربيعة عدنانية ) yang bertemu nasabnya dengan Nabi pada Nizar bin Ma`d bin `Adnan ( نزار بن معد بن عدنان ).

Ayahnya seorang mujahid Islam dan meninggal dunia pada umur muda, iaitu 30 tahun, ketika Imam Ahmad masih berusia tiga tahun. Ibunya bernama Safiyyah binti Maymunah binti `Abdu l-Malik Asy-Syaybaniy dari Bani `Amir (بني عامر).

 "Ia murid paling cendekia yang pernah saya jumpai selama di Baghdad. Sikapnya menghadapi sidang pengadilan dan menanggung petaka akibat tekanan khalifah Abbasiyyah selama 15 tahun karena menolak doktrin resmi Mu'tazilah merupakan saksi hidup watak agung dan kegigihan yang mengabdikannya sebagai tokoh besar sepanjang masa." Penilaian ini diungkapkan oleh Imam Syafi'i, yang tak lain adalah guru Imam Hanbali. Menurut Syafi'i, perjuangan mempertahankan keyakinan yang tak sesuai dengan pemikiran seseorang, selalu menghadapi risiko antara hidup dan mati. Dan Imam Hanbali membuktikan hal itu.

Imam Hanbali yang dikenal ahli dan pakar hadits ini memang sangat memberikan perhatian besar pada ilmu yang satu ini. Kegigihan dan kesungguhannya telah melahirkan banyak ulama dan perawi hadits terkenal semisal Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Abu Daud yang tak lain buah didikannya. Karya-karya mereka seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim atau Sunan Abu Daud menjadi kitab hadits standar yang menjadi rujukan umat Islam di seluruh dunia dalam memahami ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah SAW lewat hadits-haditsnya.

Kepakaran Imam Hanbali dalam ilmu hadits memang tak diragukan lagi sehingga mengundang banyak tokoh ulama berguru kepadanya. Menurut putra sulungnya, Abdullah bin Ahmad, Imam Hanbali hafal hingga 700.000 hadits di luar kepala.

Hadits sejumlah itu, diseleksi secara ketat dan ditulisnya kembali dalam kitab karyanya Al Musnad. Dalam kitab tersebut, hanya 40.000 hadits yang dituliskan kembali dengan susunan berdasarkan tertib nama sahabat yang meriwayatkan. Umumnya hadits dalam kitab ini berderajat sahih dan hanya sedikit yang berderajat dhaif. Berdasar penelitian Abdul Aziz al Khuli, seorang ulama bahasa yang banyak menulis biografi tokoh sahabat, sebenarnya hadits yang termuat dalam Al Musnad berjumlah 30 ribu karena ada sekitar 10 ribu hadits yang berulang.

Kepandaian Imam Hanbali dalam ilmu hadits, bukan datang begitu saja. Tokoh kelahiran Baghdad, 780 M (wafat 855 M) ini, dikenal sebagai ulama yang gigih mendalami ilmu. Lahir dengan nama Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, Imam Hanbali dibesarkan oleh ibunya, karena sang ayah meninggal dalam usia muda. Hingga usia 16 tahun, Hanbali belajar Al-Qur'an dan ilmu-ilmu agama lain kepada ulama-ulama Baghdad.

Setelah itu, ia mengunjungi para ulama terkenal di berbagai tempat seperti Kufah, Basrah, Syam, Yaman, Mekkah dan Madinah. Beberapa gurunya antara lain Hammad bin Khalid, Ismail bil Aliyyah, Muzaffar bin Mudrik, Walin bin Muslim, dan Musa bin Tariq. Dari merekalah Hanbali muda mendalami fikih, hadits, tafsir, kalam, dan bahasa. Karena kecerdasan dan ketekunannya, Hanbali dapat menyerap semua pelajaran dengan baik.

Kecintaannya kepada ilmu begitu luar biasa. Karenanya, setiap kali mendengar ada ulama terkenal di suatu tempat, ia rela menempuh perjalanan jauh dan waktu lama hanya untuk menimba ilmu dari sang ulama. Kecintaan kepada ilmu jua yang menjadikan Hanbali rela tak menikah dalam usia muda. Ia baru menikah setelah usia 40 tahun.

Pertama kali, ia menikah dengan Aisyah binti Fadl dan dikaruniai seorang putra bernama Saleh. Ketika Aisyah meninggal, ia menikah kembali dengan Raihanah dan dikarunia putra bernama Abdullah. Istri keduanya pun meninggal dan Hanbali menikah untuk terakhir kalinya dengan seorang jariyah, hamba sahaya wanita bernama Husinah. Darinya ia memperoleh lima orang anak yaitu Zainab, Hasan, Husain, Muhammad, dan Said.

Tak hanya pandai, Imam Hanbali dikenal tekun beribadah dan dermawan. Imam Ibrahim bin Hani, salah seorang ulama terkenal yang jadi sahabatnya menjadi saksi akan kezuhudan Imam Hanbali. ''Hampir setiap hari ia berpuasa dan tidurnya pun sedikit sekali di waktu malam. Ia lebih banyak shalat malam dan witir hingga Shubuh tiba,'' katanya.

Mengenai kedermawanannya, Imam Yahya bin Hilal, salah seorang ulama ahli fikih, berkata, ''Aku pernah datang kepada Imam Hanbali, lalu aku diberinya uang sebanyak empat dirham sambil berkata, 'Ini adalah rezeki yang kuperoleh hari ini dan semuanya kuberikan kepadamu.'''

 DISEKSA  PEMERINTAH KERAJAAN ABBASIYYAH

Imam Hanbali juga dikenal teguh memegang pendirian. Di masa hidupnya, aliran Mu'tazilah tengah berjaya. Dukungan Khalifah Al Ma'mun dari Dinasti Abbasiyah yang menjadikan aliran ini sebagai madzhab resmi negara membuat kalangan ulama berang. Salah satu ajaran yang dipaksakan penganut Mu'tazilah adalah paham Al-Qur'an merupakan makhluk atau ciptaan Tuhan. Banyak umat Islam yang menolak pandangan itu.

Imam Hanbali termasuk yang menentang paham tersebut. Akibatnya, ia pun dipenjara dan disiksa oleh Mu'tasim, putra Al Ma'mun. Setiap hari ia didera dan dipukul. Siksaan ini berlangsung hingga Al Wasiq menggantikan ayahnya, Mu'tasim. Siksaan tersebut makin meneguhkan sikap Hanbali menentang paham sesat itu. Sikapnya itu membuat umat makin bersimpati kepadanya sehingga pengikutnya makin banyak kendati ia mendekam dalam penjara.

Sepeninggal Al Wasiq, Imam Hanbali menghirup udara kebebasan. Al Mutawakkil, sang pengganti, membebaskan Imam Hanbali dan memuliakannya. Namanya pun makin terkenal dan banyaklah ulama dari berbagai pelosok belajar kepadanya. Para ulama yang belajar kepadanya antara lain Imam Hasan bin Musa, Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Daud, Imam Abu Zur'ah Ad Dimasyqi, Imam Abu Zuhrah, Imam Ibnu Abi, dan Imam Abu Bakar Al Asram.

Sebagaimana ketiga Imam lainnya; Syafi'i, Hanafi dan Maliki, oleh para muridnya, ajaran-ajaran Imam Ahmad ibn Hanbali dijadikan patokan dalam amaliyah (praktik) ritual, khususnya dalam masalah fikih. Sebagai pendiri madzhab tersebut, Imam Hanbali memberikan perhatian khusus pada masalah ritual keagamaan, terutama yang bersumber pada Sunnah.

Menurut Ibnu Qayyim, salah seorang pengikut madzhab Hanbali, ada lima landasan pokok yang dijadikan dasar penetapan hukum dan fatwa madzhab Hanbali. Pertama, nash (Al-Qur'an dan Sunnah). Jika ia menemukan nash, maka ia akan berfatwa dengan Al-Qur'an dan Sunnah dan tidak berpaling pada sumber lainnya. Kedua, fatwa sahabat yang diketahui tidak ada yang menentangnya.

Ketiga, jika para sahabat berbeda pendapat, ia akan memilih pendapat yang dinilainya lebih sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah Nabi SAW. Jika ternyata pendapat yang ada tidak jelas persesuaiannya dengan Al-Qur'an dan Sunnah, maka ia tidak akan menetapkan salah satunya, tetapi mengambil sikap diam atau meriwayatkan kedua-duanya.

Keempat, mengambil hadits mursal (hadits yang dalam sanadnya tidak disebutkan nama perawinya), dan hadits dhaif (hadits yang lemah, namun bukan 'maudu', atau hadits lemah). Dalam hal ini, hadits dhaif didahulukan daripada qias. Dan kelima adalah qias, atau analogi. Qias digunakan bila tidak ditemukan dasar hukum dari keempat sumber di atas.

Pada awalnya madzhab Hanbali hanya berkembang di Baghdad. Baru pada abad ke-6 H, madzhab ini berkembang di Mesir. Perkembangan pesat terjadi pada abad ke-11 dan ke-12 H, berkat usaha Ibnu Taimiyyah (w. 728 H) dan Ibnu Qayyim (w. 751 H). Kedua tokoh inilah yang membuka mata banyak orang untuk memberikan perhatian pada fikih madzhab Hanbali, khususnya dalam bidang muamalah. Kini, madzhab tersebut banyak dianut umat Islam di kawasan Timur Tengah.

SAAT-SAAT TERAKHIR

Akibat ketegasan Imam Ahmad bin Hanbal serta tekanan daripada para orang ramai akhirnya menyebabkan pihak pemerintah Abbasiyyah telah terpaksa membebaskan beliau dari penjara. Imam Ahmad kemudiannya meneruskan pengajarannya kepada orang ramai sehinggalah kematiannya pada tahun 241H/856M, ketika berusia 77 tahun.

Jenazah beliau disembahyangkan oleh 130,000 orang Muslimin.  Semoga Allah S.w.t merahmati Imam Ahmad bin Hanbal dan berada di kalangan orang-orang soleh di sana, amin.

SUMBANGANYA

Kitab-kitab yang ditulis oleh Imam Ahmad:

1- Kitab Al-Irja’ (كتاب الإرجاء)
2- As’ilatu `Ani r-Ruwati s-Siqati Wadh-Dhu`afa’ (أسئلة عن الرواة الثقات والضعفاء)
3- Al-Asma’ Wal-Kuna (الأسماء والكنى)
4- Al-Asyribatu As-Saghir (الأشربة الصغير)
5- Al-Asyribatu Al-Kabir (الأشربة الكبير)
6- Kitab Al-Imamah (كتاب الإمامة)
7- Ahlu l-Milalu War-Riddatu Waz-Zanadiqatu Watariku s-Salati Wal-Fara’idhi (أهل الملل والردة والزنادقة وتارك الصلاة والفرائض)
8- Al-Iman (الإيمان)
9- Bab Ahkamu n-Nisa’ (باب أحكام النسائ)
10-At-Tarajjul (الترجل)
11-At-Tarikh (التاريخ)
12-At-Tafsir (التفسير)
13- As-Salasu l-Ahadisu llati Rawaha Al-Imamu Ahmad `Ani n-Nabiy Fi l-Manam (الثلاث الأحاديث التي وراها الإمام أحمد عن النبي صلى الله عليه وسلم في المنام)
14- Juz’u Intiqa’u l-Imamu Muhammad bin `Aliy bin Bahr bin Bariy ( جزء انتقاء الإمام .(محمد علي بن بحر بن بري)
15- Juz’un Fihi Ahadisu `Ani sy-Syafi`iy (جزء فيه أحاديث عن الشافعي)
16- Jawabu l-Imamu Ahmad `An Su’alin Fi Khalqi l-Qur’an ( جواب الإمام أحمد عن .(سؤال في خلق القرآن)
17- Jawabatu l-Qur’an (جوابات القرآن)
18-Hadisu Syu`bah (حديث شعبة)
19-Hadisu sy-Syuyukh (حديث الشيوخ)
20-Ar-Raddu `Ala l-Jahmiyyah (الرد على الجهمية)
21-Ar-Raddu `Ala z-Zanadiqah (الرد على الزنادقة)
22-Risalatun Ila Musaddad bin Musarhad (رسالة إلى مسدد بن مسرهد)
23-Az-Zuhd (الزهد)
24-Kitab As-Sunnatu s-Saghir (كتاب السنة الصغير)
25-Kitab As-Sunnatu l-Kabir (كتاب السنة الكبير)
26- Syi`run `Ani l-Mawti Wal-Yawmi l-Akhar (شعر عن الموت واليوم الآخر)
27-As-Salah (الصلاة)
28- Ta`atu r-Rasul (طاعة الرسول)
29-Al-`Aqidah (العقيدة)
30- `Ilalu l-Hadis (علل الحديث)
31- Fadha’ilu `Aliy (فضائل علي)
32-Kitab Al-Fara’idh (كتاب الفرائض)
33- Fadha’ilu s-Sahabah (فضائل الصحابة)
34- Fadha’ilu Ahlu l-Bayt (فضائل أهل البيت)
35-Mukhtasar Fi Usuli d-Din Was-Sunnah (مختصر في أصول الدين والسنة)
36-Al-Masa’il (المسائل)
37-Al-Musnad (المسند)
38-Al-Manasiku s-Saghir (المناسك الصغير)
39-Kitab Al-Manasiku l-Kabir (كتاب المناسك الكبير)
40-Kitab Al-Muqaddam Wal-Mu’akhkhar Fi Kitabi Llah ( كتاب المقدم والمؤخر في
كتاب الله)
41-Kitab An-Nasikh Wal-Mansukh (كتاب الناسخ والمنسوخ)
42-Kitab Nafyu t-Tasybih (كتاب نفي التشبيه)
43-Kitab Al-War`u Wal-Iman (كتاب الورع والإيمان)
44-Kitab Al-Wuqufu Wal-Wasaya (كتاب الوقوف والوصايا)

Imam Ahmad bin Hanbal meninggalkan kepada dunia Islam kitab haditsnya yang terkenal iaitu "al-Musnad" yang mengandungi lebih kurang 30,000 hadith Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan atsar para sahabat radhiallahu ‘anhum. Dua orang anaknya yang utama meneruskan perjuangan ayah mereka, iaitu ‘Abdullah bin Ahmad dan Shaleh bin Ahmad.

Antara ulama’ yang terkenal yang menyebarkan mazhabnya ialah Abu Bakr bin Hani’, Abu Qasim Al-Kharqiy, Muwaffiqu d-Din bin Qudamah, Syamsu d-Din bin Qudamah Al-Maqdisiy, dan Taqiyyuddin Ahmad bin Taymiyyah. Mazhabnya tersebar ke Mesir, Iraq, Syria, Hijjaz dan Najd.

Artikel Berkait

Zoom Tokoh 4444603269121228816

Post a Comment

emo-but-icon

item